Langsung ke konten utama

“Tantangan Muhammadiyah Pada Abad ke 2”

    Oleh Ashabul khahfi (Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Moncobalang Periode 2019-2021) 
PC IPM MONCOBALANG. Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1330 H atau 1912 M. Gerakan ini lahir di Kauman Yogyakarta, sebuah desa di sebelah Keraton Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, Kaoman merupakan desa yang dihuni oleh banyak orang atau ahli agama. Oleh karena itu, Muhammadiyah lahir dalam masyarakat yang beragama Islam. Namun, Islam yang berjalan di seluruh masyarakat Muslim, termasuk orang-orang di dalamnya, dalam pandangan Kai Dahlan, bukan hanya Islam yang didomestikasi oleh budaya Jawa, tetapi lebih penting lagi, Islam yang terikat oleh hegemoni budaya Jawa. Keberadaan Muhammadiyah merupakan perlawanan terhadap praktik-praktik Islam yang dianggap sesat. Setidaknya ada dua hal yang bisa menjelaskan kehidupan umat Islam saat itu, pertama, Islam dipahami sebagai agama ritual yang memberikan keselamatan bagi generasi mendatang. Namun ajaran Islam yang dianut masyarakat belum menyentuh permasalahan sosial yang berkembang. Meskipun ahli agama banyak dan pesantren banyak, perkembangan keilmuan Islam hanya berkisar pada masalah ilmu itu sendiri, yang sebagian besar adalah linguistik (nahwu, shorof), masalah ibadah dan keyakinan agama, dan tidak melibatkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari. Komunitas. . Kedua, kenyataan bahwa umat Islam terbelakang dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi, membuat umat Islam terpinggirkan dan tidak ikut menentukan arah perubahan masyarakat. Muhammadiyah yang telah melewati banyak rezim dalam sejarah Indonesia tentu juga bukanlah suatu golongan yang sempurna. Banyak kritikan dialamatkan kepadanya, diantaranya adalah: 

1. Saat ini Muhammadiyah dianggap telah melamban bahkan mandeg sebagai gerakan pembaharuan. Prof. Dadang Kahmad (ketua PWM Jawa Barat periode 2005 – 2010) mengatakan: “dengan jumlah anggota yang konon mencapai 30 juta lebih, organisasi ini justru menjadi lamban dalam merespon perubahan jaman, masyarakat dan mungkin juga agama. Akibatnya Muhammadiyah tetap berkutat pada paradigma lama dalam merespon dan mengelola masyarakat dan jamaahnya”. Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah menyangkut sekolah bermeja kursi, memadukan ilmu agama dan umum adalah pembaharuan di awal pergerakan Muhammadiyah. Demikian juga pelurusan arah kiblat, pembagian zakat untuk orang miskin dan beberapa yang lain. Sementara perkembangan zaman semakin maju, dinamika dan problem masyarakat semakin kompleks, Muhammadiyah justru mandeg dengan kreasinya di masa lalu; 
2. Kritik lain yang dialamatkan kepada Muhammadiyah adalah belum cukup berkualitasnya sebagian besar amal usaha Muhammadiyah. Sebagai contoh adalah sekolah Muhammadiyah yang masih dianggap sekolah kelas dua setelah sekolah negeri. Dan memang secara faktual sekolah Muhammadiyah sebagaian besar masih menjadi pilihan terakhir. Setelah siswa tidak diterima di sekolah-sekolah lain, barulah ia mendaftarkan diri ke sekolah Muhammadiyah. Hanya sedikit sekali sekolah Muhammadiyah yang ternama dan menjadi pilihan pertama; 
3. Terjadinya migrasi jamaah dan kader ke gerakan dakwah yang lain. Kurang lebih setelah reformasi 1998, Muhammadiyah menghadapi suasana yang baru dimana berbagai gerakan baru muncul ke permukaan dinamika pergerakan Islam di Indonesia. Menghadapi hal ini Muhammadiyah tampak limbung dan tidak berdaya. Ajaran dan ideologi gerakan-gerakan baru tersebut bagaikan virus masuk menginjeksi Muhammadiyah di semua lini gerakannya. 
    Setelah Kongres ke-46, Muhammadiyah berada dalam pusaran kehidupan nasional dan dinamika dunia global.Dunia ini penuh dengan masalah, tantangan dan atraksi yang kompleks di segala bidang kehidupan. Muhammadiyah tentu akan mengalami banyak situasi baru yang berbeda dan jauh lebih rumit dari periode sebelumnya. Tantangan bagi Muhammadiyah adalah bagaimana harus melintasi era memasuki abad kedua, yang penuh dengan dinamika baru huruf-huruf yang sangat kompleks dan menantang. Mengadopsi perspektif dan strategi yang lebih tepat sasaran untuk berhasil mencapai visi atau tujuan, termasuk tujuan jangka menengah dan jangka panjang, serta gerakan lintas zaman dan tujuan ideal untuk membentuk masyarakat Islam yang sejati. Dalam pernyataan pemikiran Muhammadiyah abad kedua, ia menguraikan tantangan hidup yang kompleks dan menantang. Dikatakan bahwa Muhammadiyah kini menghadapi Umat, kebangsaan dan kehidupan manusia universal, dan menghadapi risiko vital karena dilanda berbagai dilema. Namun, sebagai penduduk terbesar di Indonesia, umat Islam masih menghadapi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia, kemiskinan dan keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun jumlah dan perkembangan umat Islam di dunia, khususnya di negara-negara Barat, cukup menggembirakan dan menjanjikan, mereka masih menghadapi beberapa masalah marginalisasi, konflik dan opini negatif dari luar. Dalam tren baru aktivitas di ruang publik, muncul beberapa persoalan ummat, seperti kemiskinan kepemimpinan, kelompok agama, konservatisme, dan formalisasi agama yang mengabaikan kemajuan dan substansi. 
    Dinyatakan pula, bahwa dalam kehidupan kebangsaan, ditengah harapan baru revormasi dan tumbuhnya demokrasi yang dihargai dunia, bangsa Indonesia masih dihadapkan pada banyak masalah krusial. Dibidang politik terdapat masalah kerancuan dalam system ketatanegaraan antara system presidensial dan parlementer yang menimbulkan banyak masalah, kelembagaan Negara yang tidak efektif antara lembaga Negara yang permanen dan ad-hoc, system kepartaian yang bercorak multi partai yang tidak produktif dan rawan masalah dan berkembangnya pragmatism politik yang dilakukan elit maupun partai politik. Dalam bidang hokum terdapat krisis kepercayaan terhadap lembaga lembaga penegakan hukum, lemahnya pemberantasan korupsi, mekarnya mafia hukum, dan erosi moral para penegak hukum. Dibidang ekonomi berkisar pada paradigm ekonomi yang tidak konsisten, struktur ekonomi yang dualistis, kebijakan fiscal yang tidak mandiri, system keuangan dan perbankan yang tidak memihak rakyat, kebijakan perdagangan dan industri yang liberal, cengkraman ekonomi neo liberal yang melahirkan banyak dilemma dalam membangun perekonomian konstitusional dan memihak rakyat. Sedangkan dalam aspek social budaya tumbuh masalah memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan, disorientasi nilai keagamaan, memudarnya kohesi dan integrasi social, dan melemahnya karakter dan mentalitas positif bangsa. 
    Sedangkan dalam ranah kemanusiaan universal masih terdapat sejumlah masalah yang meniscayakan keprihatinan seluruh kekuatan dunia. Masalah krusial yang bersifat mondial adalah krisis kemanusiaan modern, kemiskinan sejumlah Negara sedang berkembang ditengah melimpah ruahnya kemakmuran Negara Negara maju, krisis pangan dan energy, krisis ekonomi khususnya keuangan dan fiscal, krisis lingkungan dan perubahan iklim, migrasi global dan yang berkaitan dengan relasi antar peradaban. Dalam gerak melintasi zaman dari abad kesatu keabad kedua dan dalam menghadapi masalah keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal yang sangan kompleks Muhammadiyah berkomitmen kuat untuk menjadi bagian dari penyelesaian masalah dengan mengambil prakarsa, partisipasi, dan langkah yang proaktif dan strategis. Dengan demikian dalam memasuki abad kedua perjalanannya, Muhammadiyah penting untuk menyadari sejumlah tantangan yang menghadang didepan. 
1. Perkembangan masyarakat modern tahap lanjut atau “post modern” yang luar biasa baru dan multi aspek; 
2. Krisis masyarakat akibat perubahan yang cepat dan melampaui kemampuan untuk menyangganya, yang ditandai oleh munculnya berbagai macam penyakit social seperti kriiminalitas, kekerasan, konflik social, keterasingan diri, kejutan budaya, yang menggambarkan kegersangan dan kerusakan ruhaniah; 3. Mekarnya kembali nativisme dalam kehidupan masyarakat; 
4. Benturan pemikiran dalam beragama antara yang radikal-tekstual versus radikal- liberal, yang melahirkan konflik ditubuh golongan agama termasuk dilingkungan agama Islam; 
5. Perkembangan misi atau dakwah agama lain yang lebih ofensiv dengan menggunakan berbagai macam pendekatan, model, dan cara sehingga terkesan lebih canggih dan memengaruhi kehidupan ummat Islam; 
6. Kondisi umat Islam maupun mayoritas masyarakat Indonesia yang masih miskin, marginal, dan tertinggal dalam sejumlah bidang kehidupan; 
7. Perkembangan dunia yang berada dalam pusaran globalisasi disertai makin kuatnya pengaruh kapitalisme dan neoliberalisme, yang menjanjikan kesejahteraan hidup luar biasa tetapi sekaligus menimbulkan kesenjangan, ketidakadilan, dan berbagai masalah krusial dalam tatanan hubungan antar bangsa dan disetiap bangsa dengan beragam krisis kemanusiaan dan ekosistem yang menyertainya; 
8. Semakin berkembangnya budaya popular yang lebih mengedepankan gaya hidup yang serba materi, ketenaran, penampilah dan hal hal yang bersifat kulit luar tetapi sangat digemari masyarakat. 
    Dalam menghadapi tantangan baru yang kompleks dan berat itu Muhammadiyah sebagaimana perjuangan Islam lainnya dimuka bumi ini dituntut intropeksi dan kemampuan untuk menghadapinya. Dalam pandangan Yusuf Qoradhawi (2001), tantangan ummat Islam itu bersifat internal sekaligus eksternal, dalam skala local dan nasional maupun internasional, yang harus dihadapi dengan cerdik, kesadaran penuh, iman yang mantap, kehendak yang kuat, dan usaha yang keras. Apalagi dalam menghadapi tantangan besar seperti menghadapi zionisme, separatism dan perpecahan, dan tantangan globalisasi. Muhammadiyah perlu menjaga kewaspadaan, refleksi, dan pembaruan diri dalam menempuh abad baru yang penuh tantangan ini. Transformasi dakwah dan tajdid yang menjadi simbol utama gerakan ini perlu dilakukan. Dakwah dalam segala bidang kehidupan membutuhkan transformasi pemikiran yang kokoh, kaya, multi perspektif, bahkan multi metode. Pemikiran dan metode tradisional seperti sekarang ini tidak cukup. Masa depan Muhammadiyah sangat tergantung pada orang-orang Muhammadiyah sendiri, dan semua upaya sistematis dan terencana yang dilakukan Muhammadiyah di abad kedua yang penuh tantangan. Era Muhammadiyah dari abad pertama hingga abad kedua. Dengan agenda strategis pengembangan Pencerahan, Tuhan memberkati, jika Anda berkemauan keras dan bersungguh-sungguh mencapai tujuan Anda, bahkan jika Anda menghadapi banyak tantangan, Pencerahan akan mencapai puncak kemajuan dan kesuksesan. 

DAFTAR PUSTAKA 

Haedar Nashir. Muhammadiyah Abad Kedua, Yogyakarta. 2011. Haedar Nashir. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Yogyakarta. 2010. Majalah Suara Muhammadiyah, Edisi Khusus Muktamar Muhammadiyah ke-46, Tahun 2010. Yusra, Nelly. Muhammadiyah: Gerakan Pembaharuan Pendidikan Islam." Potensia Jurnal Kependidikan Islam 4.1 (2018): 103-125.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELAJAR/ANAK BISA APA KETIKA BERHADAPAN DENGAN KASUS HUKUM ?

Oleh Salim Maula Abu Hudzaifah (Anggota Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik PC IPM Moncobalang Periode 2021-2023) Indonesia merupakan sebuah negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Indonesia juga dikenal sebagai sebuah negara hukum, yang artinya bahwa negara yang berdasar atas hukum. Pernyataan negara hukum Indonesia ini dapat dilihat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, butir I tentang Sistem Pemerintahan, yang dinyatakan bahwa: Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat). Akhir-akhir ini ada banyak kasus yang menimpa pelajar/anak di Indonesia dan banyak diberitakan oleh berbagai media massa, mulai dari kasus kekerasan seksual, tawuran, bullying, dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi sebuah ironi bagi pelajar/anak sekarang ini, sebab terkadang para korban ataupun pelaku tidaklah mendapatkan penanganan hukum yang baik atau semestinya. Usia dan pengetahuan mereka tentang hukum membuat mereka harus pasrah te

RAKERPIM Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Moncobalang

Alhamdulillah pada hari ini Ahad, 10 November 2019 bertepatan dengan 13 Rabiul Awal 1441 H. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Moncobalang melaksanakan Rapat Kerja Pimpinan yang dimana merupakan program kerja dari bidang kepemimpinan. Rakerpim ini merupakan awal dari periode yang baru untuk membahas program kerja dari setiap bidang yang ada di PC IPM Moncobalang. Rakerpim ini juga dirangkaikan dengan Rapat Kerja Cabang yang dihadiri oleh Pimpinan Ranting Se-Cabang Moncobalang. Dalam Rakerpim ini setiap bidang masing-masing mempunyai program yang baru, contohnya saja pada bidang Kajian Dakwah Islam yaitu hafalan hadits dan belajar kosa kata bahasa Arab. Sedangkan untuk bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan mereka juga mempunyai program kerja unggulan yaitu Membuat buku karya kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah Moncobalang dan rencananya akan di launching di akhir periode. Tidak hanya itu Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan juga memiliki program kerja yang sangat memba